Jakarta (ANTARA) - Mahalnya harga obat di Indonesia
juga dirasakan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan, sejak memiliki riwayat
penyakit Hepatitis B, obat Lamifudin selalu dikonsumsi walau harganya
bisa mencapai Rp1 juta untuk kebutuhan sebulan.
"Saya selalu minum Lamifudin sehari sekali. Saya tidak boleh lengah
untuk terus minum obat seperti selama ini seumur hidup saya," tutur
Dahlan dalam surat elektroniknya di Jakarta, Kamis.
Ia mengakui selain mengonsumsi Lamifudin, dirinya juga diwajibkan
untuk minum obat berupa kapsul kecil bernama AFK berukuran 0,5 miligram
(mg).
Mantan direktur utama PT PLN Persero ini menambahkan obat Lamifudin
harus diminum dengan disiplin oleh siapapun yang mengidap Hepatitis B.
Di Indonesia, ada sekitar 20 juta orang yang harus mengonsumsi obat
tersebut.
Kedisiplinan minum Lamifudin ini dimaksudkan agar liver yang sudah
terjangkit Hepatitis B tidak lagi terkena sirosis yang bisa menjadi
kanker hati.
"Namun, karena harganya yang mahal menjadi tidak terjangkau. Mengapa mahal, karena obat itu harus diimpor," bebernya.
Untuk itu, Dahlan meminta perusahaan obat BUMN, Kimia Farma, untuk
memproduksi obat yang dibutuhkan oleh sejuta rakyat Indonesia.
"Minggu lalu, Kimia Farma berhasil memproduksi sendiri Lamifudin
dengan merek Heplam. Harganya Rp150 ribu untuk kepentingan sebulan,"
imbuhnya.
Selain itu, ia juga mengharapkan Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih, yang baru sembuh dari sakit kanker, untuk meluncurkan obat
tersebut di Jakarta dalam waktu dekat. (tp)Sumber
Posting Komentar